![]() |
| mahasiswa tadris matematika IAIN Purwokerto |
Di tengah teriknya mentari, saya berjalan seorang diri melewati sebuah gang yang cukup sunyi, namun ada satu hal yang menyita bola mata saya. Bocah dengan setelan seragam merah putih itu menunduk sembari memainkan batu di depannya. Ketika saya mendekatinya, bocah itu mendongak dengan tatapan yang menyentuh hati. Saya lantas ikut duduk di sampingnya. “Kenapa kamu masih di sini, dik?” saya bertanya. “Saya mendapatkan nilai 0 di sekolah tadi.” Jawabnya masih memindahkan batu di depannya. “Nilai apa, dik?” Tanya saya lagi. “ Penjumlahan dan pengurangan, kak.” Tatapnya memelas pada saya. Saya memutar otak untuk membantu bocah itu. Lalu saya ikut bermain dengan membagi batu itu menjadi beberapa tumpukan. Kemudian saya mengarahkan bocah itu untuk menghitung batu itu dan menggabungkan 2 tumpukan. Lalu memintanya untuk mengambil beberapa batu dan menghitungnya ulang. “Jangan bersedih, dik, ayo kita bawa batu itu pulang.” Ajak saya sembari mengelus pucuk rambutnya. Lantas bocah itu memasukkan beberapa batu itu ke kantong plastik yang ada di dekatnya sembari menghitung batu dengan lantangnya. Lalu bocah itu bangun sembari menarik tangan saya dan menyusuri gang itu dengan berbinar.
Dari cuplikan di atas, terkadang penyampaian aritmetika di sekolah kurang sesuai dengan anak-anak. Sehingga anak tidak mengerti apa yang baru saja disampaikan olah guru mereka. Dan tidak jarang membuat anak muak pada matematika. Padahal aritmetika dasar dari matematika itu sendiri. Peristiwa sehari-hari pun sangat mendukung dalam mengajarkan aritmetika dan cukup mudah ditangkap oleh anak. Di lingkungan manapun berpotensi besar dalam praktek aritmetika. Aritmetika sendiri sebenarnya dapat disampaikan dengan sangat sederhana yang mudah dipahami oleh anak. Mungkin, kita perlu mengaplikasikan materi yang didapat dalam kehidupan nyata.
Berikut beberapa hal yang memudahkan dalam pembelajaran aritmetika dasar untuk anak:
Pertama, menggunakan benda atau objek. Artinya, dalam pembelajaran di dalam kelas dibutuhkan objek yang bisa menggambarkan materi yang sedang dibahas, aritmetika. Aritmetika dasar meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Benda atau objek yang digunakan pun sangat mudah didapatkan di sekitar kita. Sebenarnya, objek apapun bisa digunakan. Seperti batu, lidi, kelereng, permen, dan lainnya. Sangat mudah didapatkan bukan?
Dilihat dari kondisi anak, anak-anak akan lebih tertarik jika mempelajari sesuatu yang ada wujudnya di depan mereka. Mereka antusias memperhatikan dengan baik sehingga apa yang kita sampaikan akan mudah diserap oleh anak. Tentunya anak akan semakin paham dengan materi yang disampaikan.
Kedua, menganalogikan dengan kejadian di sekitar. Analogi sendiri memiliki arti menyamakan atau menyetarakan dengan sesuatu yang lain. Cara ini tentu efektif untuk mempermudah anak. Di matematika, semua yang dipelajari abstrak. Dengan keabstrakan ini, terkadang anak tidak mengerti apa yang sedang dibahas.
Contohnya, 5 x 2 = 10. Dari sini kita bisa menganalogikan dengan peristiwa sehari hari. Misal, Saka memiliki 5 buah apel, kemudian ibuya memberinya dengan jumlah yang sama. Berapa apel yang dimiliki Saka. Dengan analogi seperti itu, anak akan mengerti apa maksud dari ‘kali’ itu, dan untuk selanjutnya, tidak akan kesulitan lagi untuk memahaminya. Atau dengan cara lain, dianalogikan seperti ini:
Pertambahan = diberi
Pengurangan = memberi
Atau bisa menganalogikan dengan yang lainnya.
Ketiga, mempraktekkan langsung dalam pembelajaran. Artinya, dalam pembelajaran, anak terlibat aktif. Di sini mengajak anak untuk aktif untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Contoh, dalam belajar aritmetika, kita gunakan dengan peristiwa jual beli. Kita sebagai guru sebagai penjual dan anak sebagai pembeli. Nah, di sini secara tidak langsung aka nada peristiwa yang berhubungan dengan aritmetika. Yaitu, uang yang digunakan berkurang jika membeli, itu sama artinya dengan pengurangan dan akan memiliki barang, yang artinya penjumlahan.
Dengan cara ini, pelajaran ini akan tersimpan di memori anak dan akan bertahan lama. Karena anak sudah teribat aktif dan pastinya paham jika anak tersebut bisa mempraktekkan jual beli. Dengan terlibat aktif, anak akan dengan mudah mengingat apapun yang disampaikan dan dipraktekkannya.
Keempat, belajar sambil bermain. Artinya, dalam belajar disisipi dengan bermain. Cara ini cocok diterapkan di paud atau tk. Di mana anak belum bisa fokus untuk belajar. Melainkan masih senang untuk bermain-main. Mungkin dengan memindahkan bola dari wadah satu ke wadah lainnya. Nah, di dalam permainan itulah kita sisipi dengan aritmetika. Untuk anak paud atau tk paling tidak disisipi dengan penjumlahan dan pengurangan. Karena pemikiran mereka masih kurang jika langsung masuk di perkalian dan pembagian.
Dengan cara ini, secara tidak langsung akan menambah pengetahuan mereka. Meraka akan bisa menghitung jumlah barang atau lainnya dalam kehidupan nyata. Misal, ketika diberi permen oleh beberapa orang akan tau berapa jumlah keseluruhan permen miliknya. Pun sebaliknya, ketika diminta untuk berbagi dengan temannya akan tau berapa yang harus diberi supaya miliknya masih tersisa.
Kelima, menanamkan pola pikir bahwa aritmetika itu sederhana dan tidaklah susah. Inilah yang menjadi pokok atau kunci dari semua. Tidak jarang kita temui, anak yang lebih kecil akan diberi cerita oleh yang lebih tua. Seperti contoh, seorang anak yang sudah kelas 4 bercerita pada anak yang masih duduk di kelas 3. “Aritmetika itu susah banget. Rumit lagi. Kemarin saja saya mendapat nilai merah.” Kata yang kelas empat. Dari perkataan itu secara tidak langsung akan masuk ke otak anak yang masih kelas 3 bahwa aritmetika itu susah dan rumit. Padahal, itu menurut si anak kelas 4 tadi dan mungkin dia sudah didoktrin oleh anak lainnya.
Hal ini jangan sampai terjadi pada anak. Karena jika sampai terjadi, ini akan susah dihilangkan. Apa yang diajarkan pada anak akan sangat sulit masuk dan dipahami. Seperti sudah dibentengi oleh kata ‘aritmetika susah dan rumit’. Kata itu akan selalu berputar diotaknya dan selalu terbayangi. Sebaiknya sebelum mulai materi, kita sebagai guru menyampaikan bahwa materi yang akan dipelajari sangatlah gampang.
Dengan salah satu cara di atas, tentu anak merasa lebih mudah dalam mempelajari aritmetika. Cara yang mudah dan sederhana yang sering dijumpai di kehidupan nyata. Tentunya anak lebih senang dan tidak merasa kesusahan dalam belajar. Media yang digunakan pun sangat mudah dijumpai disekitar kita. Aritmetika tidak lagi menjadi hal yang abstrak yang sangat sulit dipahami oleh anak.
Terima kasih
Stay positive and work hard

0 Komentar