Prank, hal yang sangat diminati oleh netizen. Sebuah konten yang menjamur di kanal Youtube. Hal yang digandrungi netizen saat ini. Fine! Itu menghasilkan uang yang tidak sedikit. Ya. Semua orang membutuhkan uang. Bohong jika orang yang masih di bumi tidak membutuhkan itu. Namun, dari sudut yang lain, ada hal penting yang pantas dilihat dan dipikirkan. Hal yang menjadi salah satu penentu masa depan bangsa. Sudut pendidikan.

Jika ada yang mengatakan prank sebagai hiburan, oke, bisa diterima. Tidak bisa dibantah jika memang itu membuat kita tertawa. Manusia butuh hiburan setelah penat dengan pekerjaan dan kesibukan masing-masing. Namun, pernahkan terpikirkan dampak pada dunia pendidikan?

Dunia pendidikan adalah dunia yang menggabungkan antara pengajaran dan pendidikan. Pengajaran, sebuah proses dalam mentransfer pengetahuan, memberi materi dan menambah pengetahuan. Ini merupakan hal yang tidak terbilang sulit. Guru menyampaikan materi untuk dipahami dan dipelajari murid. Guru menyampaikan. Murid paham dan bisa. Cukup sampai di situ. Itulah yang dinamakan pengajaran. Namun, berbeda dengan pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses yang dilalui supaya anak memiliki sikap dan perilaku yang apik dalam kehidupan alam ataupun bermasyarakat. Di sinilah tantangan pendidikan. Mendidik lebih sulit dari mengajar. Mendidik adalah membentuk pribadi anak sesuai dengan tujuan akhir. Mendidik butuh skill tersendiri.

Kreatif boleh. Tapi tentukan di mana tempat yang tepat untuk menyalurkan kreatif. Konten prank, membuat kita tertawa, ketika sang pelaku berhasil pada sasaran. Prank yang bertujuan mengejutkan seseorang, sebuah sikap yang kurang pas di dunia pendidikan. 

Namun mudahnya konten diakses olah semua kalangan, tidak menutup kemungkinan untuk diakses oleh anak-anak. Padahal, mayoritas anak lebih menyukai video. Dengan kemudahan saat ini anak bisa mengakses konten manapun. Dan mereka sama sekali tidak mengalami kesulitan untuk itu.

Apabila konten itu dilihat oleh anak-anak, walau hanya sekedar menonton namun mereka belum bisa menyaring mana yang patut dicontoh dan mana yang patut ditinggalkan. Alhasil, konten itu bisa dicontoh oleh anak. Bisa dilihat sekarang bagaimana perilaku sebagian anak, yang terkadang menipu orang tua dengan cara yang mirip dengan konten itu. Itu tanpa ada settingan, real oleh pikiran anak sendiri secara spontan. 

Bahkan dalam konten terkadang anak diikut sertakan walau bukan pemeran utama. Tetapi dia terlibat dan itu secara tidak langsung termasuk sebuah didikan. Orang tuanya yang mengajarkan seperti itu. Padahal kurang cocok untuk anak kecil memainkan peran yang seperti itu. Sedikit banyak akan tertanam dalam benaknya. 

Lalu bagaimana nasib bangsa ini jika generasi penerusnya sudah terpapar hal seperti itu, hal yang membohongi, menertawakan di atas penderitaan orang lain. Bangsa ini membutuhkan penyangga yang diperbarui. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa kurang pas dinodai dengan hal yang semacam itu. Kita butuh hiburan, tapi ada banyak cara lain untuk menghiburnya.

Perlu pembenahan untuk yang seperti itu. Untuk uang? Jelas. Tapi banyak cara yang lain bukan? Sayangi anak dengan cara yang tepat. Jangan terburu-buru rusak mereka. Konten yang sempat viral, prank sampah di tengah pandemi. Walaupun akhirnya memberi bantuan namun sangat tidak elok dan mengindahkan orang tua. Itu salah satu hal negative dari konten semacam itu. Secara tidak langsung konten seperti itu mendidik hal yang salah. Walaupun akhirnya minta maaf, tapi itu mengajarkan hal yang tidak sopan dan tidak menghormati. Sewenang-wenang ketika memiliki materi. Dan kejadian yang sama terulang kembali ketika Idul Adha. Siapa pelakunya? Siapa lagi kalau bukan generasi penerus bangsa. Kreatiflah di tempatnya. Carilah ketenaran dengan hal yang positif. Mencari subscriber dengan cara yang pas. Kurangi menodai penerus bangsa.

Buat konten yang mendidik, memberi manfaat, dan memotivasi. Bukan hanya haha hihi tanpa makna. Atau memasukkan makna dengan cara yang kurang tepat. Memang saat ini lebih digandrungi hal yang instan, ingin ramai? Buat yang kontroversi tanpa makna hanya sekedar tertawa lepas. Cobalah ubah pola pikir untuk memikirkan lebih jauh tentang bangsa ini.


Salam hangat dari penulis

PP Nurul Iman Pasir Wetan, 27 Agustus 2020