Di tepi deburan pantai, seorang balita dengan ayahnya tengah berlarian. Ana namanya. Ana berlari mengejar ombak diikuti sang ayah. “Ayah… sini yah..” teriak Ana sembari berlari. Ana terjatuh tersangkut tali pengait perahu di tepi pantai. Ana terduduk diam di pasir. Melihat Ana terjatuh, sang ayah dengan cepat mendekatinya. “Hahaha…” tawa Ana dengan lebarnya lalu berlari kembali. Sang ayah menangkap Ana. “Satu, dua, tiga, empat, lima” sang ayah mengajak Ana menghitung perahu yang berlabuh. Satu persatu perahu meninggalkan pantai dan Ana menghitungnya. Anak seusia Ana memang sedang asik-asiknya belajar berhitung. Semua yang ada di sana dihitungnya dengan lincah dan benar.

Balita memang usai yang paling baik untuk dilatih belajar. Balita akan sangat mudah menghapal apa yang mereka dengar dan mereka lihat. Di pantai pun Erlan masih menghitung. Itu artinya, balita adalah usia yang cocok untuk menanamkan pengetahuan yang sederhana seperti berhitung. Balita dapat berhitung dengan lincah meski hanya sampai puluhan saja. Tetapi membanggakan bukan jika balita sudah bisa menghitung di usia yang masih dini. Lalu bagaimana cara mengajarkan anak berhitung?

Nah, berikut ini beberapa cara mengajak anak untuk berhitung.

Pertama, menghitung apapun yang ditemui di sekitar kita.

Di sekitar kita pasti banyak ditemukan hal yang serupa. Misalkan pohon yang berjejer, mobil yang lewat, bahkan teman yang ada di sekitarnya. Bahkan ketika sedang berlibur, gunakan kesempatan itu untuk melatih berhitung. Saat liburan pasti anak senang dan akan mudah untuk belajar. Apapun yang ada di sekitarnya bisa jadi bahan menghitung anak. Hal ini bisa dimulai oleh orang tuanya. Maksudnya, orang tua mengawali menghitung, satu, dua, tiga dan seterusnya. Kemudain anak akan otomatis mengikuti atau melanjutkan.

Sangat mudah bukan untuk mengajak anak berhitung.

Kedua, mengajarkan dengan nyanyian. Nyanyian memudahkan menghapal dan mengingat. Dengan bernyanyi biasanya akan lebih cepat dan lebih lama tersimpan dalam otak karena bernyanyi merupakan seni. Seni merupakan salah satu bentuk penggunaan otak kanan. Sesuatu yang tersimpan dalam otak kanan akan lebih lama bertahan. Selain itu, menyanyi menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan.

Salah satu contoh penggunaan metode bernyanyi sebagai berikut: 1 ditambah 1 sama dengan 2, 2 ditambah 2 sama dengan 4, 4 ditambah 4 sama dengan 8, 8 ditambah 8 sama dengan 16. Dengan bernyanyi anak hapal dan lama-kelamaan paham.

Ketiga, bermain sambil berhitung. Bermain adalah hal yang tak bisa lepas di dunia anak-anak. Orang tua bisa menyisipi menghitung ketika sang anak belajar. Anak tidak sadar jika dirinya sedang belajar juga. Anak senang dan mudah masuk di otak anak.

Keempat, memberi hadiah. Hadiah merupakan hal yang disukai anak-anak. Orang tua bisa memancing anak dengan hadiah supaya anak rajin belajar berhitung. Tidak salah jika orang tua sesekali memberi hadiah atas usaha anak dalam belajar. Justru akan membuat anak semangat belajar dan melatih anak untuk terus belajar. Sehingga ketika sudah besar anak tidak ada paksaan untuk belajar karena sudah terbiasa dari kecilnya.

 

Nah, seperti itulah melatih anak dalam berhitung. Cara yang diterapkan akan membuat anak lincah dalam berhitung. Cara ini bisa diterapkan dalam keluarga. 

Salam hangat dari penulis

PP Nurul Iman, September 2020