Berdirinya negeri ini tidak bisa lepas dari peran para
pahlawan yang rela berkorban demi negeri ini. Cucuran darah yang tumpah demi
negeri ini mereka relakan. Benturan, siksaan, dan penderitaan lain telah mereka
lewati. Kini kita tengah menikmati hasil dari mereka. Berdiri tanpa khawatir
serangan fisik dari penjajah.
10 November silam, pahlawan memperjuangkan kibaran bendera
Negara berkibar di birunya langit. Angkatan senapan tak mereka hiraukan. Tekad
bulat digenggam erat demi kibaran merah putih. Tumpahan darah menjadi
pemandangan kala itu.
Kini, saatnya kita menikmati negeri ini. Dengan segala
kekayaan yang dimiliki. Keberadaan negeri ini layak diperjuangkan sekeras
pahlawan kala itu. Jangan sampai perpecahan menimpa kita meski celah untuk
pecah terbuka lebar.
Lalu, pemuda, generasi mendatang yang membawa negeri ini,
harus memiliki bekal yang cukup agar bisa menjaga negeri ini. Seperti apa upaya
yang sebaiknya dilakukan para pemuda?
Pertama, pantang menyerah. Layaknya pahlawan yang
memperjuangkan negeri ini dulu, pemuda pun harus memiliki rasa itu juga. Rasa semangat
dan pantang menyerah untuk apa yang sedang diperjuangkan. Pantang menyerah
dalam berkontribusi memajukan dan mempertahankan keberadaan negeri ini. Tetap berjalan
meski banyak cacian dan hinaan yang menghujani. Tetap optimis melangkah demi
apa yang diinginkan. Buatlah jalan yang baru dan tetaplah berusaha. Meskipun sudah
dijatuhkan seribu kali, tapi Tuhan menyiapkan lebih dari seribu jalan untukmu. Manusia
hanya tau A-D, tapi Tuhan tidak. Lebih dari itu. Tuhan tau A-Z, bahkan lebih. Maka
dari itu tidak sepantasnya manusia sebagai makhluk-Nya menyerah di tengah jalan. Banyak rahasia
Tuhan untuk kita.
Kedua, mengurangi mager. Generasi saat ini sangat mudah
mengucapkan mager. Sedikit-sedikit mager. Padahal banyak kesibukan menanti
ketika mau bergerak. Jangan dulu bilang mager, karena apa yang diucap
berpengaruh pada otak dan akan menimbulkan sikap kita. Maka, kurangi pemakaian
kata mager. Mager boleh, tapi sewajarnya. Ketika mager dilayani, maka akan
menjadi apa negeri ini? Para pahlawan tidak mengenal mager. Kita pun harus mencontoh
mereka. Apalagi zaman sudah berbeda dan kita dikelilingi oleh mudahnya akses ke
manapun. Satu kemageran akan berdampak besar dalam diri sendiri. Karena satu
moment untuk maju dilewati begitu saja oleh satu kata. Mager. Malas adalah
penyakit yang tak segan mengambil momentum.
Ketiga, memperdalam ilmu. Semakin berkembangnya zaman dan
kemajuan peradaban, ilmu menjadi bekal kita, apakah akan tetap ada atau mati
tertinggal peradaban yang terus berjalan maju. Jika berilmu maka orang itu
berakal. Akal adalah hal yang tidak terbayar dengan apapun. Gunakan semaksimal
mungkin akal yang diberi Tuhan untuk mempertahankan negeri ini. Ilmu itu ibarat
pondasi dalam sebuah bangunan.
Keempat, berserah diri pada Tuhan. Semua kejadian di dunia
ini adalah kehandak Tuhan. Sepantasnya kita sebagai makhluk menyerahkan diri
kita pada Tuhan. Menyerahkan apa yang kita lakukan pada-Nya. Namun, bukan
berarti kita hanya menyerahkan diri menunggu keputusan-Nya. Namun usaha untuk
meraih pun wajib dilakukan. Seperti firman-Nya dalam surat Ar-Rad ayat 11, “Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah diri
mereka sendiri”. Rayulah Tuhan agar
memberikan apa yang kita butuhkan.
Kelima, berani. Ya. Keberanian adalah sifat dasar
kepahlawanan. Untuk memperjuangkan apa yang diharapkan, tidak semua orang
mendukung dan mendorong kita. Berani itu buakn berarti membuang rasa takut,
namun menempatkan takut sesuai kadarnya dan sesuai tempatnya. Kita tidak tau
kapan kegagalan akan menghampiri, maka berani adalah kunci untuk melangkah. Ada
saatnya harus melawan arus dan harus berani. Melakukan yang sekiranya baik
untuk impian kita. Barangkali Tuhan menempatkan apa yang kita inginkan di arah
yang berbeda dengan pikiran orang lain. Maka berani adalah jalan yang harus
dilalui untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
Nah, itulah lima upaya untuk menjadi pahlawan masa kini. Pemuda
yang memiliki jiwa kepahlawanan. Jiwa yang harus dimiliki generasi mendatang
demi kibarkan nerah putih di birunya langit.
Purwokerto, 10 November 2020

0 Komentar