Belajar adalah sebuah transfer ilmu
untuk mencapai tujuan tertentu. Belajar merupakan sesuatu yang wajib dalam
dunia pendidikan. Bukan hanya di pendidikan, Islam pun memerintahkan manusia
untuk belajar sejak dalam kandungan sampai ke liang lahat kelak. Belajar wajib
hukumnya bagi semua umat muslim, tanpa terkecuali.
Namun proses belajar tidak mudah dan
sering mengalami hambatan. Di sini, penulis akan menjelaskan hambatan bagi
siswa dalam belajar.
Pertama, rintangan. Adanya rintangan
membuat penghambat kegiatan belajar. Baik dari rintangan yang sepele bahkan
rintangan yang berat. Contohnya, seorang anak akan belajar, tetapi tiba-tiba
kipas angin mati, si anak beralasan panas, sumpek, dan lainnya sehingga tidak
jadi belajar. Kasus lain, seorang anak diminta untuk menghapalkan suatu rumus
atau pengertian dari istilah asing, baru juga membaca sekali namun sudah
mengatakan susah, pusing, tidak bisa menghapalkan, dan serentetan alasan yang
lain. Hal ini menyebabkan anak berhenti belajar. Begitu mudahnya mereka
meninggalkan belajar gara-gara rintangan yang sepele. Dengan sikap yang seperti
itu menginginkan pintar. Mimpimu terlalu tinggi, Nak. Belajar itu ibarat
berjalan, banyak halangan dan rintangan yang menanti. Maka jangan berhenti
hanya karena banyak rintangan yang menghampiri.
Tujuan belajar adalah agar menjadi
pintar. Maka berjuanglah dengan belajar dan belajar. Jangan sedikit-sedikit
berhenti karena rintangan. Allah sudah membekali kita dengan akal. Maka
gunakanlah akal untuk menghadapi rintangan itu. Terus berjalan meskipun ada
rintangan yang menghadang. Hadapi dan cari jalan keluarnya.
Yang kedua yaitu takut. Takut
bertanya materi yang belum paham. Takut berpendapat, menganggah, dan memberi
usulan. Takut salah saat menjawab. Takut mencoba memulai. Takut ditunjuk
memimpin. Takut sama guru. Dan ketakutan lain yang masih sering ditemukan pada
diri anak. Jika seperti itu lalu mau apa?
Bukankan waktu kecil tidak takut
saat belajar berjalan. Terjatuh berkali-kali tapi tidak takut untuk mencoba
lagi. Dulu pernah seberani itu tapi kenapa sekarang menjadi penakut. Allah
mengirim guru untuk mendidik dan mengajar kita, lalu apa yang perlu ditakutkan?
Jika tidak paham, tanyakan tak perlu takut. Gunakan fasilitas yang disediakan
semaksimal mungkin.
Ketiga, pertimbangan yang terlalu
banyak. Pertimbangan memang perlu tapi tidak jika itu terlalu banyak. Misalnya,
pagi hari hujan turun, bingung antara tetap berangkat atau bolos. Hati dan
pikiran bertengkar sehingga memutuskan bolos karena biasanya kalau hujan banyak
jam kosong dan guru telat. Jika seperti itu kapan akan pintar. Pertimbangan
yang terlalu banyak membuat kita malas. Pikirkan apa tujuan utama sekolah, agar
pintar bukan? Fokuslah pada tujuan itu, jangan malas apapun hambatan dan
rintangan yang menghadang. Ingat orang tua yang tidak pernah menyerah mencari
biaya agar kita bisa berangkat ke sekolah dan fokus belajar. Apakah masih tega
untuk mengkhianati mereka.
Keempat, menunda-nunda. Dari tiga
sebelumnya menyebabkan kita menunda-nunda. Besok lagi, sekarang main dulu.
Padahal sudah ada niatan belajar tapi gara-gara chat teman jadi menunda
belajar. Rugi. Selagi memiliki niatan belajar, jangan menunda menunggu nanti
atau besok. Belum tentu nanti atau besok masih memiliki niat dan semangat yang
sama. Menunda adalah salah satu cara membuang momentum. Barangkali saat kita
menungga Allah sedang membuka hati dan pikiran kita agar ilmunya mudah masuk
tapi kita meninggalkan itu. Sangatlah rugi. Maka, jangan suka menunda.
Itulah beberapa hambatan yang
dialami pelajar dalam belajar. Rintangan, rasa takut, terlalu banyak
pertimbangan, dan menunda itu penghambat untuk kita berproses agar pandai.
Allha sangat menganjurkan kita untuk belajar, namun juga memberi kita nafsu
untuk menghalangi kita dalam belajar. Kuncinya yaitu mengendalikan nafsu yang
kita miliki, bukan dikendalikan oleh nafsu.

0 Komentar