Sumber: dokumen pribadi


Rubik, mainan dari zaman dahulu yang saat ini sudah tidak eksis lagi, tapi tak lenyap dimakan zaman. Keberadaannya masih diakui dan masih dimainkan oleh sebagian orang. Rubik merupakan mainan yang melatih otak. Tanpa disadari, dari permainan rubik mencerminkan apa yang sering dialami kita sehari-sari. Lho? Kok bisa?

Sini kita baca bersama…

Rubik yang baru, diedarkan masih dalam bentuk dan kemasan yang rapi, belum diacak. Tampak indah tanpa bercak, terjaga kebersihannya. Sang pemilik senang mendapatkannya. Sama seperti manusia, dilahirkan ke dunia tanpa dalam keadaan fitrah. Bayi lahir selalu suci, tanpa dosa dan semua orang suka padanya. Doa baik mengalir untuknya. Siapa yang berkunjung ingin menimangnya. Tiada yang membenci. Hadirnya membawa suka dalam rumah.

Namun, untuk apa si jika rubik itu dibeli. Pastinya untuk dimainkan, bukan hanya sekedar pajangan. Mengacak sesuka hati. Sama seperti manusia. Manusia dilahirkan di bumi tidak semata-mata untuk berkelana sesuka hatinya. Namun, Tuhan menitipkan misi pada manusia, menjadi khalifah yang menjaga bumi. Manusia bisa memilih apa yang hendak ia jalani. Namun, tak lupa ada Tuhan yang mengendalikan dan menentukan apapun yang terjadi pada manusia bahkan seluruh alam. 

Rubik diputar, namun keadaannya berubah menjadi acak. Kanan, kiri, depan, dan belakang, tidak mesti sama. Perbedaan sering terjadi. Pun manusia. Seiring berjalannya waktu, manusia beranjak dewasa dan masalah silih berganti datang. Keadaan sekitar seringkali tidak sama. Selisih pendapat tak terelakkan. Tak semua yang ada di dekatnya mendukung. 

Rubik yang sudah diacak hanya memiliki dua pilihan. Pertama, menghentikan permainan dan meninggalkan dalam keadaan acak. Kedua, tetap memutar mengusahakan bisa kembali seperti semula. Pun manusia, ketika memiliki masalah hanya memiliki dua pilihan.

Pertama, berhenti dan meninggalkan masalah itu tanpa menyelesaikan. Lari dari tanggung jawab dan membiarkan masalah itu menahun bahkan tetap seperti itu sampai Tuhan meminta pulang. 

Kedua, ketika ada masalah menghadapinya. Meskipun seringkali berjalan tanpa kepastian kapan masalah itu akan berakhir. Namun usaha tetap dikerahkan semaksimal mungkin. Meyakini bahwa masalah itu akan selesai suatu saat nanti. Tak jarang dibuat pusing, stress, lelah karena diputar dengan masalah itu. Putar kanan, kiri, depan, ataupun belakang.

Bermain rubik harus konsisten mana yang akan dijadikan center. Pun manusia. Meskipun yang ada masalah lain, harus konsisten pada pandangannya. Jangan memindah pedomannya. 

Untuk menyelesaikan satu layer, tidak boleh selalu memandang layer itu terus. Perhatikan layer di sekitarnya. Ketika memutuskan untuk menyelesaikan masalah jangan hanya memandang satu sisi saja. Perhatikan sekitar agar tidak menimbulkan masalah baru.

Setelah tak terhitung putarannya, rubik kembali seperti semula. Semua itu tak lepas dari kesabaran dan ketelatenan. Pun manusia. Masalah akan selesai jika dihadapi da nada tindakan yang menyertainya. Tentu dengan sabar dan tak putus harapan. Percaya saja jika sebesar apapun masalah pasti memiliki penyelesaian. Sabar adalah kuncinya. Tak peduli kapan berakhir, akankah cepat atau lambat, yang terpenting adalah tindakan untuk mrnyelesaikan.

Nah… sekarang sudah tau kan? 

Jadi yang semangat ya, jangan gampang menyerah, jangan gampang ngeluh, jalani saja, yakini bahwa semua akan berakhir. Entah cepat atau lambat namun pasti memiliki garis akhir.

Salam hangat dari penulis