Peserta
didik merupakan bagian yang memiliki peran penting dalam pendidikan. Tanpa
adanya peserta didik, pendidikan tidak ada
artinya. Peserta didik merupakan sekelompok individu yang memiliki
kebutuhan sama. Mereka memiliki kekosongan akan pengetahuan sehingga mereka
pergi ke sekolah. Bekal yang dimiliki sama. Mereka masih murni dan belum
terpengaruh oleh banyak hal. Sehingga mereka pergi ke sekolah untuk belajar dan
mengisi pengetahuan mereka. Pembelajaran di kelas dilakukan secara menyeluruh
pada peserta didik yang ada. Perlakuan yang diberikan sama sebab mereka masih
kosong. Pembelajaran terfokus pada apa yang ada di depan kelas. Sumber belajar
mereka ada di guru. Guru menjadi sangat vital untuk mengisi pengetahuan mereka.
Peserta didik secara keseluruhan harus mengikuti arahan yang diberikan guru
tanpa melihat apakah mereka masih membutuhkan atau tidak. Kondisi memaksa peserta
didik untuk tunduk pada apa yang ada di depan. Peserta didik secara penuh
diserahkan kepada sekolah melalui pembelajaran tanpa mempertimbangkan bagaimana
hubungan mereka dengan walinya. Hal tersebut yang saya yakini sebelum belajar
pada topik ini, dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
Setelah
mempelajari topik ini, pembelajaran pada peserta didik yang saya yakini
sebelumnya ternyata keliru. Peserta didik tidak menutup kemungkinan sudah
membawa pengetahuan dari rumah. Serta setiap peserta didik memiliki karakter
yang berbeda. Hal ini menyebabkan kebutuhan mereka berbeda pula. Dari hal
tersebut, sepantasnya apa yang mereka dapatkan dari kelas juga berbeda. Hal ini
menyadarkan guru untuk menyesuaikan dengan kondisi peserta didik dalam
pembelajaran. Guna menyikapi keragaman peserta didik, pendidik harus
menfasilitasi mereka sesuai kebutuhan. Pembelajaran yang disediakan juga
beragam dalam satu kelas. Imbasnya, guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran,
namun sebagai fasilitator saja. Pembelajaran terpusat pada peserta didik. Guru
menuntun peserta didik untuk menambah pengetahuannya sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Selain itu, pembelajaran juga mengikuti dengan
kondisi siswa, yakni pembelajaran yang sesuai dengan kodrat peserta didik,
mengikuti kodrat alam dan kodrat zaman. Hal ini mengarah pada tri pusat
pendidikan yang harus terlibat dalam pembelajaran. Dengan mengikuti kodrat
peserta didik, mereka tidak hanya terasah secara intelektual saja namun juga
secara moral. Mereka tidak hanya pintar saja namun juga memiliki budi pekerti
yang baik.
Untuk
mewujudkannya, guru bisa menggunakan kebudayaan yang ada di sekitar peserta
didik untuk menjadi bahan belajar mereka. Ada banyak hal yang menjadi pelajaran
dari budaya yang ada. Seperti budi pekerti, sopan santun, rasa syukur dari
tradisi Islam jawa yang dibawa sunan kalijaga. Di SMP Negeri 2 Purwokerto juga
menggunakan pembelajaran yang didasarkan pada culture di sekitar, seperti
penggunaan nomor absen dan nama siswa untuk materi korespondensi satu-satu.
Setelah
mengetahui pemikiran Ki Hadjar Dewantara, pembelajaran yang dilakukan di kelas
mempertimbangan kondisi peserta didik. Hal ini agar pembelajaran yang dilakukan
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakan
berpihak pada peserta didik, bukan pada keinginan guru untuk membelajarkan apa.
Namun sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk sampai pada hal tersebut, guru perlu
membimbing peserta didik dengan menuntunnya agar sampai pada pengetahuan yang
harus dicapai pada tingkat usia mereka.
Selain itu penyesuaian dengan kodrat peserta didik juga tak kalah
penting. Peserta didik diperlakukan sesuai dengan zaman saat ini tanpa
meninggalkan konten pembelajaran yang disampaikan. Mereka diajak untuk terampil
menghadapi perubahan di abad 21, tidak meninggalkan kearifan lokal yang sudah
membudaya di lingkungan peserta didik serta tidak tertinggal secara intelektual
dengan tetap memberikan esensi dari konten pembelajaran yang sedang ditempuh.
0 Komentar